PRESIDEN SBY VERSUS MEDIA MASSA: TABAYYUN SOLUSINYA UNTUK HINDARI FITNAH


Indonesia tanpa Korupsi1PRESIDEN SBY VERSUS MEDIA MASSA: TABAYYUN SOLUSINYA UNTUK HINDARI FITNAH DI ANTARA KITA

oleh Syarif Hidayat

        Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Media Massa harus meningkatkan ‘tabayyun’ (cek dan recek) suatu berita dan informasi agar dapat menghindari saling menuduh (fitnah) antara kedua belah pihak.

        ‘Tabayyun’ sebenarnya mempunyai arti luas dan tidak hanya menyangkut ‘cek dan recek.’  Kata tabayyun berasal dari akar kata dalam bahasa Arab: tabayyanayatabayyanu tabayyunan, yang berarti mencari kejelasan hakekat suatu fakta dan informasi atau kebenaran suatu fakta dan informasi dengan teliti, seksama dan hati-hati.

        Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa tabayyun berarti pemahaman atau penjelasan. Dengan demikian, tabayyun adalah usaha untuk memastikan dan mencari kebenaran dari sebuah fakta dan informasi sehingga isinya dapat dipertanggungjawabkan.

        Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi [berperang] di jalan Allah, maka lakukanlah tabayyun (telitilah) dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu: “Kamu bukan seorang mu’min” [lalu kamu membunuhnya], dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu  lalu Allah menganugerahkan ni’mat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Qur’an, Surah An-Nisa, Ayat 94).

       Tabayyun dalam ayat tersebut merupakan fiil amr untuk jamak, dari kata kerja tabayyana, masdarnya at-tabayyun, yang artinya adalah mencari kejelasan hakekat suatu fakta dan informasi atau kebenaran suatu fakta dan informasi dengan teliti, seksama dan hati-hati (tidak tergesa-gesa).

Perintah Allah SWT untuk bersikap hati hati

Tabayyun1        Perintah untuk tabayyun merupakan perintah yang sangat penting, terutama pada akhir-akhir ini di mana kehidupan antar sesama umat sering dihinggapi prasangka.

        Allah SWT memerintahkan kita untuk bersikap hati-hati dan mengharuskan untuk mencari bukti yang terkait dengan isu mengenai suatu tuduhan atau yang menyangkut identifikasi seseorang.

        Belakangan ini seringnya orang gampang atau suatu kelompok berprasangka negatif terhadap kelompok lain, atau menuduh sesat golongan lain, dan kadang disertai hujatan, penghakiman secara sepihak, dan sebagainya.

         Berprasangka tanpa meneliti duduk perkaranya, merupakan perbuatan apriori atau masa bodoh. Mensikapi orang lain hanya berdasar pada sangkaan-sangkaan negatif atau isu-isu yang beredar atau bisikan orang lain merupakan sikap yang tidak tabayyun, atau tidak mau tahu terhadap apa yang sebenarnya terjadi.

         Perintah tabayyun atau mendalami masalah, merupakan peringatan, jangan sampai umat Islam melakukan tindakan yang menimbulkan dosa dan penyesalan akibat keputusannya yang tidak adil atau merugikan pihak lain.

        Di dalam Al-Qur’an, perintah tabayyun juga terdapat pada Surah Al-Hujarat 49:6: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

         Dalam ayat ayat Al-Qur’an Surah An-Nisa, Ayat 94 tersebut, tersirat suatu perintah Allah, bahwa setiap mukmin, yang sedang berjihad fi sabilillah hendaknya bersikap hati-hati dan teliti terhadap orang lain.

         Jangan tergesa-gesa menuduh orang lain, apalagi tuduhan itu diikuti dengan tindakan yang bersifat merusak atau kekerasan. Terhadap mereka yang mengucap ”Assalamu’alaikum” atau ”la ilaha illallah”, misalnya, yaitu ucapan yang lazim dalam Islam, terhadap orang tersebut tidak boleh dituduh ”kafir”, sekalipun ucapan itu hanya dhahirnya. Ini hanya sekedar contoh, di mana kita tidak boleh gegabah dalam mensikapi orang lain.  

        Pengertian lebih mendalam dari tabayyun adalah melakukan penelitian secara ilmiah atau berupaya mendalami dan memecahkan suatu persoalan dengan menggunakan metode ilmu pengetahuan.

Fitnah

SBY FitnahFitnah1         Presiden SBY baru baru ini menyerukan untuk tidak menjadikan Indonesia sebagai lautan fitnah, namun lautan kebenaran yang didukung oleh pemberitaan yang benar, seimbang dan beritikad baik.

        “Fitnah saya kira sesuatu yang harus kita perangi, ajaran Islam sangat jelas untuk menjauhi fitnah. Kita ingin negara kita ini bukan lautan fitnah, tetapi lautan kebenaran,” kata Presiden dalam silaturahim dengan ulama dan tokoh masyarakat Madura di Pendopo Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, Rabu, 4 Desember, 21013 malam.

        Menurut Presiden, pada bulan-bulan terakhir ada kenaikan peningkatan pemberitaan yang kurang benar. “Contohnya sekarang ini banyak sekali pemberitaan di media massa yang seolah-olah sudah memvonis, si A, si B, Si C, sebagai bersalah apakah itu urusan hukum atau urusan lain,” kata Yudhoyono.

        Presiden melanjutkan, pemberitaan semacam itu, yang gegabah tanpa melakukan cek silang, akan membuat penderitaan orang lain dan mencemarkan nama orang yang tak bersalah.

        “Hati-hati karena pemberitaan yang gegabah, yang ceroboh yang tidak diuji kebenaran informasinya, yang tidak dicrosscek dimintakan pandangannya, apalagi disertai dengan itikad tidak baik itu merugikan, mencemarkan dan membikin penderitaan orang lain, padahal orang-orang itu belum tentu bersalah,” katanya.

         Kepala negara menambahkan, kebebasan yang kebablasan yang melanggar kebebasan orang lain, menyalahi tata krama, etika dan aturan hukum akan membuat ketenteraman terganggu. Untuk itu, Presiden mengharapakan semuanya untuk mengendalikan kebebasan sehingga tidak mengganggu kebebasan orang lain dan ketenteraman masyarakat.

       “Dari bumi Madura ini selaku kepala negara saya serukan marilah kita jaga situasi kehidupan masyarakat yang baik, semua saling bertanggung jawab, saling mengontrol kebebasan yang ada di negeri kita ini,” kata Yudhoyono.

Bahaya fitnah dalam hidup 

Fitnah        Dari pernyataan Presiden SBY tersebut kita mendapatkan tiga hal pokok masalah yakni: Pertama seruan Presiden agar tidak menjadikan Indonesia sebagai lautan fitnah; Kedua Bahaya fitnah dalam hidup dan Ketiga, media massa dalam hal ini para jurnalis yang bekerja pada perusahaan media massa mepunyai tanggungjawab professional dan tanggungjawab sosial untuk melakukan kontrol social terhadap kinerja pemerintah dan tingkah laku para pejabat Negara baik yang duduk di eksekutif, legislatif maupun yudikatif.

       Sebagai manusia, selagi hidup kita pasti akan berinteraksi dengan orang lain. Setiap hari kita berkomunikasi dengan orang di sekeliling dan dari situ kita dapat memproses maklumat serta membina hubungan dalam bermasyarakat.

        Orang yang enggan berinteraksi sebenarnya adalah orang yang tidak berada dalam realiti kehidupan yang hakiki dan dia sebenarnya tidak menunaikan tuntutan sebagai manusia.

       Orang yang suka bersendirian akan lebih mudah terkena hasutan syaitan sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi SAW: “Sesungguhnya syaitan itu seperti serigala kepada manusia sebagaimana serigala kepada ternakan. Ia menerkam kambing yang bersendirian dan terpencil. Maka, jauhilah kamu daripada berpecah belah, dan wajiblah kamu bersama-sama jemaah, orang ramai dan masjid.” (riwayat Ahmad)

        Namun, dalam kehidupan bermasyarakat, kita perlu menjaga akhlak dalam percakapan dengan orang lain. Ketika berkomunikasi, antara perkara penting yang perlu diberi perhatian adalah kebenaran fakta yang disampaikan kepada kita dan sejauh mana ketepatan maklumat yang kita sampaikan kepada orang lain.

         Islam menganggap fitnah satu daripada sifat mazmumah (tercela) dan dilarang Allah seperti dalam firman-Nya yang bermaksud: “Fitnah itu lebih bahaya daripada pembunuhan.” (al-Baqarah: 191). “Jangan kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang gemar menyebarkan fitnah.” (al-Qalam: 29).

        Telalu mudah menuduh fitnah kepada pihak lain bisa menjadi fitnah jika terbukti bahwa pihak yang dituduh tersebut tidak melakukan fintah. Maka Allah SWT memerintahkan kita untuk tabayyun iaitu menganalisis dan mengkaji terlebih dahulu semua fakta, informasi dan berita yang kita dapatkan sebagaimana terkandung dalam Al-Qur’an, Surah Al-Hujurat, Surah 6.

         Sikap tabayyun ini sangat perlu kerana berkemungkinan berita dan informasi yang sampai kepada kita adalah tidak benar ataupun merupakan fitnah yang sengaja diciptakan untuk memburukkan seseorang.Dalam hal ini pendekatan yang betul sangat penting agar kita tidak terperangkap lingkaran fitnah. Justeru, apabila menerima suatu berita atau informasi jangan mudah menerimanya tanpa terlebih dahulu memastikan kebenarannya atau memahami berita tersebut.

Tabayyun          Sebagai contoh, seorang hakim tidak boleh membuat keputusan tanpa bersikap adil dalam memperoleh dan memahami fakta dan informasi. Justeru, hakim perlu memanggil kedua-dua belah pihak yakni yang tertuduh dan yang menuduh. Kita tidak boleh menghukum seseorang dengan sentimen. Islam mengajar kita menghukum berdasarkan keputusan yang adil dan tepat.

        Dalam sejarah umat Islam, kita menyaksikan betapa fitnah membawa bencana dan malapetaka dalam masyarakat. Fitnah inilah yang membawa kepada pembunuhan Saidina Uthman r.a yang dituduh menjalankan dasar kronisme dan nepotisme dalam pemerintahannya. Fitnah juga menyebabkan timbulnya pertentangan di antara para sahabat besar seperti Saidina Ali bin Abi Talib r.a dan Muawiyah bin Abi Sufyan r.a.

Contoh Akhlak Nabi Muhammad SAW

     Rasulullah Muhammad saw diutus Allah sebagai penebar rahmat bagi semesta alam. “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk [menjadi] rahmat bagi semesta alam.” (QS 21: 107). Maka tidaklah mengherankan kalau sejarah mencatat kemuliaan akhlaknya.

      Seluruh perjalanan hidupnya dicatat para sahabat, lalu dibukukan oleh ulama ahli hadist dan dijadikan dasar hukum bagi kehidupan seluruh umat Islam. Bahkan Allah sendiri memberikan pujian atas keagungan akhlaknya: “Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS 68: 4).

       Istri beliau A’isyah ketika ditanya tentang akhlak beliau menjawab: Kana khuluquhul-qur’an. (Akhlaknya adalah Al Qur’an). Pikiran, ucapan, dan perbuatannya selalu terkendali sesuai dengan nilai-nila moral yang diajarkan Allah di dalam Al Qur’an.

       Bahkan, seperti diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, khusus terhadap perkataan beliau menasehatkan: Man kana yu’minu billahi walyaumil akhir falyaqul khairan au liyaskut (Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia berkata baik atau diam).

        Orang yang suka berkata dusta, berjanji mengingkari dan dipercaya berkhianat dikelompokkannya ke dalam golongan orang munafik yang akan masuk neraka pada lapisan yang paling bawah: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu [ditempatkan] pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” (QS 4: 145).

       Nilai-nilai moral yang diajarkan Islam untuk semesta alam ini sangat mulia. Namun demikian nila-nilai moral itu sering diabaikan begitu saja. Hanya karena dibakar kedengkian seseorang tega memfitnah tetangganya, sehingga terjadi pertengkaran dan boleh jadi diakhiri dengan perceraian.

        Kadang hanya karena ambisi untuk memperoleh atau mempertahankan kedudukan yang lebih tinggi orang tega memfitnah bawahan atau atasannya sehingga menghancurkan karirnya. Taktik busuk menebarkan fitnah untuk kepentingan pribadi atau golongan ini sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Orang Islam harus berlaku waspada. Waspada untuk tidak berbuat fitnah dan waspada dalam menghadapi fitnah fihak lain.

        Fitnah dapat terjadi dimana saja, di rumah, di masyarakat, di sekolah, di kampus, kantor pemerintahan dan di tempat kerja lainnya. Hanya untuk mendapatkan perhatian dari guru, dosen, atau pimpinan seseorang atau sekelompok orang tega memfitnah temannya atau bawahannya.

        Kadang terjadi hanya sekedar untuk mendapatkan berita eksklusif seorang wartawan tega memfitnah. Mereka tidak menyadari akibat buruk yang akan terjadi karena fitnah tersebut. Sering di luar dugaan, bahkan di luar kontrol. Sayang masih saja ada orang yang dengan senang menari-nari di atas kesusahan orang lain karena fitnahnya.

       Padahal masih banyak bahan berita yang bisa diangkat dan mendatangkan berkah bagi banyak orang. Sebagai bangsa yang berakhlak kita harus mendahulukan berita-berita yang mendatangkan berkah bagi banyak orang daripada yang menyebabkan terjadinya mushibah.

       Bangsa ini sudah demikian terpuruk setelah terjadinya krisis moneter 1998, lalu disusul dengan terjadinya krisis multidemensi yang berkepanjangan, dan sekarang dihantam krisis bencana alam yang bertubi-tubi.

Sorga bagi yang dapat kendalikan mulutnya 

        Begitu buruknya dampak fitnah, maka pantas kalau Rasulullah saw menjamin untuk mendapatkan sorga bagi orang yang dapat mengendalikan mulutnya dan kemaluannya. Termasuk tentunya mengendalikan mulut untuk tidak mengeluarkan fitnah baik di pihak kalangan media masa  maupun kalangan pejabat pemerintah.

       Kalau kita pikirkan lebih dalam dampak buruknya dapat menghancurkan karir dan masa depan seseorang, dapat menghancurkan rumah tangga, organisasi dan perusahaan, bahkan dapat menghancurkan sebuah negara sekalipun.

        Lihatlah negeri 1001 malam, negeri Irak yang terkenal keindahan dan keluhuran warisan budayanya, kini hancur lebur karena fitnah yang disebarkan oleh George W Bush yang menuduh almarhum Saddam Hussein memproduksi dan menyimpan senjata pemusnah massal.

         Dunia yang termakan oleh fitnah, lalu mendukung dilakukannya penyerbuan terhadap Irak sehingga menyebabkan negeri itu porak poranda dan terbunuhnya ribuan nyawa manusia.

         Maka pantas kalau Allah memperingatkan bahwa fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan: Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, [tetapi] janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu [Mekah]; dan fitnah  itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu [di tempat itu], maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir. (QS 2: 190-191).

         Hidup di dunia ini hanya sebentar, sedang kehidupan akheratlah yang kekal. Jangan sampai karena kesalahan yang sepele, yang mestinya kita dapat menghindari, akhirnya menyebabkan kita masuk ke dalam siksa neraka selama-lamanya.

         Untuk itu mari kita sama-sama kendalikan lidah kita supaya tidak menebarkan fitnah dan supaya tidak saling membantu dalam menebarkan fitnah. Rasulullah saw memperingatkan: Inna aktsara khathaya ibni adama fi lisanihi (Sesungguhnya kebanyakan dosa anak Adam berada pada lidahnya) (HR Bukhari-Muslim).

Petunjuk Rasulullah Mengenai Fitnah

Beberapa hadith Rasulullah s.a.w. mengenai fitnah :

1. “Tidak akan masuk syurga pembawa fitnah” (Hadith riwayat Bukhari dan Muslim) 

2. “Yang paling dikasihi oleh Allah di antara kamu adalah : mereka yang baik akhlak, yang merendahkan sayapnya (diri), yang suka dengan orang dan yang disukai orang. Manakala yang dimurkai oleh Allah adalah : mereka yang pergi membawa fitnah, yang menceraiberaikan di antara saudara dan mencaci orang yang tidak berslah akan kesalahannya” (Hadith riwayat At-Tabharani dan Abu Hurairah r.a.) 

3. Abu Zhar Al-Ghiffari berkata, Rasullullah s.a.w. bersabda :”Barangsiapa menyiarkan terhadap orang muslim satu perkataan untuk memalukannya dengan tidak sebenarnya, nescaya dia akan diberi malu oleh Allah dalam neraka pada hari kiamat” (diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunya) 

4. Abu Darda berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda “Laki-laki manapun yang menyiarkan terhadap seseorang satu perkataan di aman orang itu terlepas (tiada tersangkut dengan perkataan tersebut), untuk memalukannua di dunia, nescaya berhak Allah menghancurkan laki-laki itu pada hari kiamat dalam api neraka”. 

5. Dari Ibnu Umar bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda :”Sesungguhnya tatkala Allah menjadikan syurga, lalu berfirman kepada syurga itu :”Berbicaralah”. Maka syurga itu berkata :”Berbahagialah siapa yang masuk kepadaku”. Lalu Allah berfirman :”Demi KemuliaanKu dan KeagunganKu! Tidak akan menempati pada engkau 7 golongan manusia :

a) orang yang selalu minum khamar

b) yang selalu berzina

c) yang qattaat (tukang fitnah)

d) yang mengetuai peperangan

e) pengawal penguasa

f) orang yang bertingkahlaku seperti wanita

g) orang yang berkata :”Atas diriku janji Allah, kalau aku tidak berbuat begitu dan begitu. Kemudian dia tidak menepati perkataannya itu”. (Ihya Ulumuddin, Jilid 3) 

6. Diriwayatkan Ka’bul Ahbar, bahawa kemarau telah menimpa kaum Bani Israil. Lalu Nabi Musa berdoa meminta hujan berulang-ulang. Tetapi tidak juga diturunkan hujan kepada mereka. Maka Allah s.w.t. menurunkan wahyu kepada Musa :”Sesungguhnya Aku tidak menerima doa engkau dan doa orang-orang yang bersama engkau, di mana di kalangan engkau itu ada nammaam (pembawa fitnah), yang berkekalan buat fitnah”. Maka Nabi Musa berdoa :”Wahai Tuhanku, siapakah orang itu? Tunjukkanlah, siapakah orang itu? Tunjukkanlah kepadaku pembuat fitnah itu, sehingga aku dapat mengeluarkannya dari kalangan kami”. Tuhan berfirman :”Hai Musa! Aku melarang kamu dari namimah (Pembuat fitnah)”. maka bertaubatlah mereka semua. Lalu diturunkan hujan kepada mereka.

7. Diriwayatkan dari Umar bin Abdul Aziz bahawa seorang laki-laki datang kepadanya menerangkan sesuatu tentang orang lain. Maka Umar berkata kepadanya: “kalau engkau mahu, maka kami akan memperhatikan tentang keadaanmu. Kalau engkau dusta, maka engkau termasuk orang yang disebut dalam ayat ini. “Kalau datang kepadamu orang fasik yang membawa berita, periksalah dengan saksama”. Dan kalau engkau benar maka engkau termasuk orang yang disebut dalam ayat ini”, “Suka mencela, berjalan membuat hasung dan fitnah”. Kalau engkau kehendaki, nescaya kami memaafkan engkau. Lalu laki-laki itu berkata : “Maaf wahai Amirul Mukminin. Dan aku tidak akan mengulangi lagi untuk selama-lamanya.”

8. Imam Al-Ghazali mengatakan bahawa tukang fitnah tidak dapat dipercayai kata-katanya dan tidak diterima sedekahnya. Sesungguhnya fitnah ditegakkan di atas kedustaan, kedengkian dan kemunafikan. Kesemua sifat ini adalah tungku dapur kehinaan.

Delapan sikap untuk hadapi fitnah

Jika Anda dituduh dan difitnah oleh seseorang, padahal Anda yakin tidak bersalah maka ada delapan sikap yang sebaiknya kita lakukan. 

Pertama, hendaklah kita cek dan kita pelajari lagi jangan-jangan yang dituduhkan orang lain itu benar. Jika ternyata kita salah, jangan malu dan gengsi mengakui kesalahan dan mengikuti kebenaran. Meskipun, cara orang yang menasihati kita kasar atau mungkin bermaksud tidak baik. 

Kedua, memperbaiki ucapan atau tindakan kita yang menjadi penyebab orang memfitnah kita. Misalnya, bendahara masjid dituduh mencuri uang kas disebabkan tidak transparannya laporan keuangan. Maka, hendaknya dibuat laporan yang rapi dan jelas. 

Jika seseorang dituduh nakal karena sering bergaul dengan orang-orang nakal, selektiflah dalam memilih sahabat.

Ketiga, ingatlah akan aib dan dosa kita. Syekh Salim Al Hilali berkata, “Kalau Anda bersih dari kesalahan yang dituduhkan itu, tapi sejatinya Anda tidak selamat dari kesalahan-kesalahan lain karena sesungguhnya manusia itu memiliki banyak kesalahan.” 

”Kesalahanmu yang Allah tutupi dari manusia jumlahnya lebih banyak. Ingatlah akan nikmat Allah ini di mana Ia tidak perlihatkan kepada si penuduh kekurangan-kekuranganmu lainnya ….” (Dinukil dari buku Ar Riyaa halaman 68).

Keempat, hendaklah kita merenung dan mengevaluasi kesalahan dan dosa-dosa kita. Baik yang berhubungan dengan muamalah antara manusia, maupun dosa-dosa antara kita dengan Allah. Tuduhan dan fitnahan bisa jadi merupakan teguran agar kita kembali dan bertobat kepada Allah. 

Kelima, jika kita sabar dan ikhlas, semoga tuduhan dan fitnahan ini dapat mengurangi/menghapus dosa, menambah pahala, dan meningkatkan derajat kita di sisi-Nya.

Keenam, doakanlah si penuduh agar Allah memberi petunjuk. Jika memungkinkan, nasihatilah dia secara langsung maupun melalui sindiran agar dia bisa sadar dan bertobat. 

Maafkan dia, tapi kita boleh membalas untuk suatu kemaslahatan asalkan tidak melampaui batas. (Lihat surah Asy Syuuraa 40-43). Jika terpaksa, doakanlah keburukan untuk si zalim agar ia menjadi sadar dan bertobat.

Ketujuh, shalat istikharah untuk meminta bimbingan Allah cara yang tepat mengklarifikasi atau membela diri. Meladeni dan membantah terkadang justru membuka pintu keburukan untuk kita. 

Bisa jadi, klarifikasi tanpa menyebutkan tentang tuduhan mengenai dirinya dan tanpa menyebutkan nama penuduh akan banyak memberikan manfaat untuk umat. 

Kedelapan, yakinlah musibah tuduhan merupakan kebaikan untuk Anda. Si penuduh yang merugi karena dia telah melakukan kejahatan dan berhak memperoleh azab-Nya.

Allah SWT berfirman, “…. Janganlah kamu mengira berita (bohong) itu buruk bagi kamu, bahkan itu baik bagi kamu. Setiap orang dari mereka akan mendapatkan dosa yang diperbuatnya ….” (Surah an Nuur 11). 

“Sungguh, orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan baik, yang lengah dan beriman (dengan tuduhan berzina), mereka dilaknat di dunia dan akhirat, dan mereka akan mendapat azab yang besar.” (Surah an Nuur 23).

       Semoga Allah memberikan kemudahan kepada kita semua untuk mengendalikan lidah kita demi keselamatan kita dunia akherat dan semoga kita menjadi orang yang takut kepada Allah dengan tidak mudah menuduh orang lain tanpa bukti dan dapat menyikapi dengan bijaksana saat mendapat fitnah.

Amien!

(HSH)

Bibliotheque:

1.http://www.antaranews.com/berita/408086/

2.http://www.islamituindah.my/bahaya-fitnah-dalam-hidup

3.http://irvanhabibali.wordpress.com

4.http://asyrani.com/bahaya-fitnah/

5.http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/

Write a comment or Leave a Reply. Thank You! Kind Regards Web Administrator/Editor